25.7 C
Indramayu
Kamis, 13 Februari 2025

Sejarah Masjid Bondan, Titik Awal Penyebaran Ajaran Islam di Kawasan Pesisir Indramayu

Foto istimewa: Kondisi Masjid Bondan Sukagumiwang Indramayu Jawa Barat

SUKAGUMIWANG,indramayunews.id-Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang memiliki potensi wisata religi yang cukup potensial. Selain kekayaan alam, tradisi, seni dan budaya serta sejarah juga cukup menarlk perhatian semua pihak untuk diketahui. Terutama dari kalangan generasi Islami pada umumnya.

Sejarah yang kita angkat adalah sejarah tentang  perkembangan Islam di Indramayu dan sekitarnya, indrayunews.id ingin memberikan nuansa baru kepada penbaca setia pada Bulan Suci Ramadhan. Diantaranya akan mengangkat berdirinya pembagunan masjid bersejarah dalam penyebaran penyebaran ajaran Islam di Kota Mangga.

Salah satunya adalah Masjid Bondan di mana masjid yang satu ini berbeda dengan masjid sekitarnya. Bangunan masjid ini terbuat dari kayu, berbentuk rumah panggung nan sederhana.

Meski jauh dari kata megah, mewah, masjid ini menjadi titik awal penyebaran agama Islam di pesisir daerah yang dijuluki Kota Mangga tersebut. Masjid iyang terletak di Jalan Sapuangin, Desa Bondan, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Mistara Edi Saputra (53), Petugas Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) VIII, Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten menyampaikan, berdasarkan catatan sejarah, Masjid Bondan dibangun sekitar tahun 1414 masehi.

Masjid bersejarah ini memiliki ornamen sederhana. Lantai dasar, dinding, atap, hingga genting, menggunakan kayu. Berdasarkan catatan Mistara, potongan kayu masjid ini berasal dari tahun 1300an. Sebagian orang menyebut masjid ini, sebagai Masjid Kuno Bondan, karena lebih tua dibanding masa awal Cirebon di tahun 1480an dan Indramayu di tahun 1527an.

“Berdasarkan data dan juga cerita turun temurun, masjid ini berdiri pada abad ke 13–14 Masehi. Pendiriannya kurang lebih di tahun 1414. Dan hasil penelitian, kayunya, sudah ada sejak tahun 1300an,”

Mistara menyampaikan, bangunan Masjid Bondan sangat unik dan berbeda dari masjid pada umumnya. Bangunan asli masjid ini mayoritas menggunakan kayu jati. Hanya bagian depan dan beberapa bagian lain, yang diperbaharui menggunakan bahan material baru.

Keunikan lainnya, Masjid Bondan ini memiliki bentuk rumah panggung, sebuah bangunan yang jarang ditemukan di pesisir pantura pada masanya. Bahkan hingga saat ini, rumah panggung jarang dikenal dan dilihat di kawasan pesisir pantura Indramayu dan sekitarnya.

Jarak atau ruang kosong dari permukaan tanah ke lantai dasar masjid sekitar 50 hingga 100 centimeter. Sedangkan luas masjid ini hanya sekitar 9×9 meter. Sebuah ukuran yang relatif lebih kecil dibanding masjid-masjid yang dibangun saat ini.

Mistara yang sudah bertugas sejak 1995 ini menyampaikan, berdirinya Masjid Bondan memiliki beberapa versi, salah satunya terkait kisah percintaan sang pendirinya.

Hal itu terlihat dari penamaan kata Bondan. Nama itu merujuk pada desa setempat sekaligus tokoh bernama Ki Gede Bondan, alias Ki Rakinem, yang merupakan pendiri wilayah dan beragama Hindu-Buddha.

Ki Rakinem merupakan pengembara dari Kerajaan Majapahit. Dia berkelana bersama adiknya, Nyimas Ratu Kencana Wungu. Keduanya menepi di aliran Sungai Cisanggarung, yang menjadi salah satu dermaga atau muara lalu lintas banyak saudagar dan warga.

Lokasi persinggahan keduanya berada di perkampungan yang dikenal dengan sebutan Bondan. Kedua adik-kakak ini, lambat laun diterima warga sekitar dan menetap seutuhnya, lalu dinobatkan sebagai tokoh masyarakat setempat.

Satu ketika, seseorang bernama Syekh Datul Kahfi masuk wilayah setempat. Syekh Datul Kahfi merasa tertarik dengan Nyimas Ratu Kecana Wungu. Singkat cerita, keduanya menjalin kasih tanpa sepengetahuan Ki Gede Bondan. Karena mereka menyadari, hubungan tersebut tidak akan direstui akibat berbeda keyakinan.

Syekh Datul Kahfi terus berusaha meyakini dan menyebarkan paham Islam, hingga Nyimas memeluk agama Islam. Mengetahui hal ini, Ki Gede Bondan murka, dan melakukan perhitungan kepada Syekh Datul Kahfi. Dia memberikan berbagai cara untuk menggagalkan pernikahan Datul Kahfi dan adiknya.

Namun tak disangka, tantangan tersebut, tidak terpengaruh, hingga akhirnya Syekh Datu Kahfi menang, dan Ki Gede Bondan pergi meninggalkan Desa Bondan. “Syekh Datu Kahfi menemukan segenggam merang, ditabur, menjadi pasukan serdadu dan terjadi peperangan antara rombongan Ki Gede Bondan dan Syekh Darul Kahfi.

Akhirnya perang tanding dimenangkan Syekh Darul Kahfi, dan Ki Gede Bondan pergi dari lokasi, cerita rakyatnya begitu,” tambahnya. Rupanya, Syekh Datul Kahfi yang juga memiliki nama Syekh Nurjati merupakan salah satu guru besar Islam di masanya.

Dia menjadi guru dari Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah yang kemudian melakukan penyebaran Islam di tanah Cirebon, beberapa tahun berikutnya. Ajaran Islam yang disiarkan oleh Syekh Datul Kahfi lambat laun diterima masyarakat. Mereka pun lambat laun menjadi pengikutnya

Mereka membutuhkan tempat untuk shalat berjamaah, belajar tentang Islam, dan lainnya. Mereka sepakat mendirikan bangunan masjid yang dinamai dengan sebutan Bondan. Seiring berjalannya waktu, nama Masjid Bondan ini berkembang dengan sebutan lain, Masjid Darus Sajidin, yang berarti rumah orang-orang yang bersujud. Sumber Kompas. (Indra Mahedi)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

10,540FansSuka
1,787PengikutMengikuti
1,871PelangganBerlangganan

Latest Articles