Foto: Syekh Panji Gumilang saat mengecek lokasi yang akan digunakan aksi demo
“Tuduhannya Bukan Berdasarkan Fakta, Tapi Dunia Maya”
GANTAR, indramayunews.id– Gelombang aksi demo dan tuduhan aliran sesat yang ditunjukan kepada Pondok Pesantren Ma’had A Zaytun, membuat pimpinan yayasan tak tinggal diam. Mereka menolak keras semua tuduhan negatif yang diarahkan ke ponpes terbesar se Asia Tenggara.
“Apa yang dituduhkan itu tidak benar dan tidak berdasar. Karena yayasan yang di pimpinnya telah menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan aturan hukum yang ada. Tak ada yang menyimpang serta sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh perintah,”jelas Datuk Agung Sidayu yang notabene pimpinan di Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) Wira Tata Buana.
Yakni yayasan yang menaungi Mahad Al Zaytun Indonesia memberikan pernyataan terbuka melalui pernyataan yang diunggah di media sosial Facebook.
Dia juga menyayangkan kepada sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab. Mereka dengan sengaja adanya upaya memonjokkan institusi pendidikan Al Zaytun yang hanya didasarkan pada informasi yang tidak benar di dunia maya.
Menurut Datuk, pihaknya menolak semua tuduhan yang tidak berdasar kepada Al Zaytun Indonesia. Sebab, sejak berdiri tahun 1999 sudah menjadi lembaga pendidikan formal yang hanya menyelenggarakan pendidikan pada umumnya.
“Al Zaytun hanya menyelenggarakan pendidikan generasi muda, dan pendidikan adalah hak asasi manusia yang paling esensial,” tuturnya.
Kemudian, dia menegaskan bahwa Al Zaytun indonesia tetap komit di dalam menjalankan motto lembaga pendidikannya, yakni “The center of Education, Peace and Tolerance Culture Development”.
“Motto ini selaras dengan apa yang diseyogyakan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB),” tegasnya.
Dia juga menyampaikan, bahwa Al Zaytun menolak adanya tuduhan yang mengatakan bahwa Al Zaytun Indonesia tertutup.
“Setiap langkah, event yang diselenggarakan di Al Zaytun Indonesia selalu di-upload di internet melalui website, youtube dan lain sosial media,” ucapnya.
Selanjutnya, Al Zaytun Indonesia selalu terbuka bagi semua orang. Namun, Al Zaytun Indonesia sebagai lembaga pendidikan mempunyai aturan tentang etika dan disiplin tersendiri sebagai sebuah Lembaga Pendidikan (Boarding School).
Dia menolak adanya anggapan bahwa Al Zaytun Indonesia mengajarkan radikasime, intoleranisme, karena selama 24 Tahun menjalankan program pendidikan formal dari tingkat sekolar dasar, menengah pertama dan atas serta Pendidikan Tinggi, hanya menerapkan kurikulum nasional.
“Tidak ada satupun bukti di dalam kampus maupun di luar (bagi alumni) yang terlibat dalam tindakan kekerasan,” terang Datuk.
Maka, dalam kesempatan ini, Datuk mohon kepada pemerintah baik pusat maupun daerah (Jawa barat), untuk mencegah dan menghentikan semua fitnah dan hoax yang menyebar, sebelum semuanya terlambat dan menganggu ketenangan masyarakat. (tim)