25.9 C
Indramayu
Jumat, 14 Februari 2025

Ukur Tekanan Darahmu

Oleh :

Hj Uswatun Hasanah, S.ST. S.K.M. M.HKes.

SETIAP tahun pada tanggal 17 Mei masyarakat memperingati Hari Hipertensi Sedunia. Sampai saat ini hipertensi masih merupakan momok di masyarakat. Sebagai salah satu penyakit yang selalu berada pada 10 besar penyakit terbanyak dunia. Jumlah penderita hipertensi di dunia meningkat terus. hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan kebutaan. Satu dari tiga orang di dunia terdiagnosis hipertensi, dan hanya sebesar 36,8 persen di antara para penderita hipertensi yang mengkonsumsi obat. Apabila dibiarkan, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada sebesar 1,5 miliar orang terkena hipertensi.

Untuk saat ini, jumlah perkiraan penduduk dunia yang meninggal setiap tahun akibat hipertensi dan komplikasinya adalah sebesar 9,4 juta orang. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), Stroke (51 persen) dan penyakit jantung koroner (45 persen) merupakan penyebab kematian tertinggi. Hipertensi sendiri merupakan keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih dan diastolik mencapai mmHg atau lebih.

Data Riskesdas tahun 2018 menujukkan bahwa estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi tidak hanya terjadi pada kelompok umur lansia tetapi juga dapat terjadi pada kelompok umur usia produktif (Riskesdas 2018).

HIPERTENSI : THE SILENT KILLER

Penyakit hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan di dunia yang juga disebut sebagai the silent killer yaitu penyakit mematikan tanpa adanya tanda dan gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bahayanya. Salah satu penyakit tidak menular yang saat ini menjadi prioritas dalam dunia kesehatan secara global adalah hipertensi. Status tekanan darah akan semakin tinggi seiring menurunnya fungsi organ tubuh. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah abnormal yang dapat menjadi penyebab utama timbulnya penyakit kardiovaskuler.

Berdasarkan rekomendasi Join National Committee dalam The Eighth Report of Join National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure menyatakan bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang 140 mmHg (sistolik) dan atau 90 mmHg (diastolik). Selain sebagai salah satu jenis penyakit tidak menular, Hipertensi juga menjadi faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler lainnya.

Hipertensi menjadi masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Pada tahun 2025 diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena hipertensi. Berdasarkan (WHO) World Health Organization pada tahun 2019 Hipertensi atau tekanan darah tinggi di dunia sebanyak 1,13 miliar penderita, pada tahun 2020 sebanyak 1,56 miliar penderita dan pada tahun 2021 sebanyak 1,83 miliar penderita. sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah kebawah dan hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan.

Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi. Salah satu target global untuk penyakit tidak menular adalah untuk mengurangi prevalensi hipertensi sebesar 25% pada tahun 2025 dan jumlah penderita hipertensi diperkirakan akan terus meningkat pertahunnya. (WHO 2019, 2020, 2021).

Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berkisar 6-15% dan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan. Menurut Riskesdas (2018), prevelensi hipertensi pada umur > 18 tahun didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, sedangkan yang minum obat hipertensi sebesar 9,5%. Sehingga terdapat 0,1% penduduk yang tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan tetapi minum obat hipertensi. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada usia > 18 tahun sebesar 34,11% prevelensi tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,13% , Jawa Barat sebesar 39,60% Kalimantan Timur sebesar 39,30% dan Kalimantan Barat sebesar 29,4%. Berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia > 18 tahun pravalensi hipertensi yang terjadi di Bali sebesar 29,97%.

Oleh karena prevalensi hipertensi yang masih cukup tinggi di Indonesia, maka pemerintah mencanangkan program deteksi dini penyakit tidak menular (PTM) yakni posbindu guna mengendalikan faktor risiko yang ada. Hampir 70% penyebab kematian di dunia adalah PTM. Berbagai faktor risiko PTM antara lain adalah merokok dan keterpaparan terhadap asap rokok, diet/pola makan tidak/kurang sehat, kurang kegiatan fisik, konsumsi minuman beralkohol dan riwayat keluarga (keturunan).Adapun faktor risiko antara terjadinya PTM adalah kelebihan berat badan (obesitas), tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi serta kolesterol tinggi dan pola hidup.

Menurut WHO, hipertensi bisa dikatakan the silent killer, karena jarang sekali menimbulkan gejala, sehingga untuk mengetahui seseorang mengalami hipertensi, deteksi dini sangat penting dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah (WHO, 2013). Deteksi dini atau skrining bertujuan mendeteksi onset penyakit muncul sebelum penyakit memasuki fase klinik atau patogenesis sehingga masa pra klinik semakin panjang. Dalam bidang kesehatan masyarakat, skrining dimanfaatkan sebagai pemeriksaan sederhana pada orang-orang yang dari penampilan fisik terlihat sehat (penyakit asimtomatik). Dapat dikatakan, deteksi dini merupakan identifikasi penyakit asimtomatik dengan mendiagnosis faktor- faktor risiko (Fletcher et al, 2005).

Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres. Data Riskesdas 2018 pada penduduk usia 15 tahun keatas didapatkan data faktor risiko seperti proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5%, proporsi kurang aktifitas fisik 35,5%, proporsi merokok 29,3%, proporsi obesitas sentral 31% dan proporsi obesitas umum 21,8%. Data tersebut di atas menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2013.

Upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian Hipertensi diantaranya adalah meningkatkan promosi kesehatan melalui pengendalian Hipertensi dengan perilaku CERDIK dan PATUH; meningkatkan pencegahan dan pengendalian Hipertensi berbasis masyarakat dengan Self Awareness melalui pengukuran tekanan darah secara rutin penguatan pelayanan kesehatan khususnya Hipertensi.

Hipertensi biasanya memiliki bahaya dan kondisi kronis yang secara bertahap menyebabkan kerusakan selama bertahun-tahun. Tetapi kadang-kadang tekanan darah meningkat begitu cepat dan parah sehingga menjadi darurat medis yang membutuhkan perawatan segera, jika tidak dilakuan penangana segera maka akan menimbulkan bahaya yang sangat parah seperti. Serangan jantung, stroke. Maka dari itu pentingnya melakukan deteksi dini penyakit hipertensi.

Manfaat melakukan pemeriksaan secara dini adalah untuk mencegah bertambah parahnya suatu penyakit yang dialami oleh seseorang baik yang diketahui maupun belum diketahui penyakitnya. Maka dari itu sangat penting sekali melakukan deteksi dini terutama pada penyakit hipertensi yang tidak memiliki gejala secara signifikan seperti gejala yang biasa dialami oleh Sebagian orang misalnya : pusing, leher bagian belakang terasa tegang. Sehingga tidak menyadari bahwa tanda dan gelaja itu mengarah pada penyakit hipertensi, oleh karena itu deteksi dini ini sangat perlu dilakukan agar masyarakat kita tahu bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit hipertensi yang bisa ditimbul tampa adanya gejala terlebih dahulu. Jika hipertensi tidak terdeteksi secara dini dan tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan stroke. Selain itu hipertensi yang tidak dideteksi secara dini juga dapat memicu gagal jantung sampai gagal ginjal.

Keberhasilan upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi tidak terlepas dari adanya dukungan keluarga dan kader di masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusiyana (2020) menujukkan bahwa program pemberian keterampilan pemeriksaan kesehatan dapat meningkatkan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri dan pengukuran tekanan darah. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sumartini (2019) menunjukkan bahwa senam hipertensi berpengaruh secara signifikan terhadap tekanan darah sehingga senam hipertensi dapat diberikan pada orang yang berisiko hipertensi sebagai upaya pencegahan.

Mari kita mulai peduli dengan kesehatan tubuh kita. Sayangilah tubuh kita, jangan sampai produktifitas kita berkurang hanya karena kita enggan untuk memulainya dari sekarang. Semoga rutinitas kita dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan menjaga pola hidup sehat ini dapat menghindarkan kita dari bahaya penyakit yang dapat mengancam jiwa. Selamat Hari Hipertensi Sedunia, Salam Sehat !

Penulis berdinas di Bagian Sub Koordinator Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

10,540FansSuka
1,787PengikutMengikuti
1,871PelangganBerlangganan

Latest Articles