28.5 C
Indramayu
Sabtu, 15 Februari 2025

HMPV : Virus Tersembunyi Di Balik Flu Biasa

Ditulis oleh :

Bdn. Uswatun Hasanah, S.ST. S.K.M., M.H.Kes
Administrator Kesehatan pada RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol Indramayu

VIRUS Human Metapneumovirus (HMPV), baru-baru ini merebak di China, juga dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Virus HMPV memiliki sifat yang mirip dengan flu, tetapi berbeda dengan Covid-19. Penularan virus HMPV biasanya menimbulkan berbagai gejala, seperti batuk, pilek, hidung tersumbat, serta demam. Virus HMPV dapat menyerang siapa saja, tetapi  virus HMPV lebih sering terjadi pada bayi, anak di bawah usia 5 tahun, lansia yang memiliki penyakit kronis, serta orang yang memiliki sistem imun yang lemah.


HMPV ditemukan pada tahun 2001 namun dipercaya sudah bersirkulasi lama, karena secara hubungan kekerabatan dekat dengan Avian Meta Pneumo Virus (AMPV) yang sudah lama ditemukan. Studi serologis menunjukkan bahwa HMPV telah menginfeksi manusia selama lebih dari 60 tahun. Dalam artikel “Human metapneumovirus – what we know now” tahun 2018, HMPV adalah virus yang diidentifikasi oleh peneliti Belanda tahun 2001. Penemuan itu menggunakan sampel nasofaring dari 28 anak dengan penyakit pernapasan.

Meski begitu, lewat studi retrospektif (penelitian yang menggunakan data yang sudah ada untuk menganalisis peristiwa yang telah terjadi di masa lalu), menunjukkan jumlah individu yang memiliki antibodi hMPV tinggi di antara manusia pada tahun 1958 di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa virus tersebut telah beredar dalam populasi manusia setidaknya dalam kurun 66 tahun.

Selain itu, dua studi di Kanada yang mendeteksi adanya HMPV dalam spesimen yang dikumpulkan dari pasien dengan penyakit pernapasan antara tahun 1993 dan 2001. Kemudian sebuah studi di AS mendeteksi adanya HMPV dalam spesimen yang diambil dari pasien dalam rentang waktu 1976-2001.


Setelah penemuan HMPV di Belanda, pada tahun 2001, kelompok penelitian lain di seluruh dunia juga melaporkan keberadaan virus ini dalam sampel klinis, termasuk di Amerika Utara, Australia, dan Eropa. Penelitian berikutnya berhasil mengidentifikasi lima jenis varian dari HMPV yakni A1, A2a, A2b, B1, dan B2, yang berdasarkan variasi nukleotida pada gen G, gen yang paling bervariasi sehubungan dengan identitas sekuens antara strain HMPV.

Varian A2b dianggap menjadi yang paling dominan pada pasien yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia, pertama kali terdeteksi di Spanyol, kemudian Jepang, Kroasia, dan Cina, yang menunjukkan bahwa varian baru ini mungkin menjadi varian yang dominan di seluruh dunia.


Infeksi HMPV di negara sub tropis biasanya meningkat pada musim dingin, seperti yang terjadi di China pada bulan Desember lalu dengan kasus yang meningkat. Namun, kebanyakan infeksi HMPV bersifat ringan dan dapat sembuh tanpa pengobatan khusus, meskipun pada beberapa kasus, terutama pada orang dengan risiko tinggi, infeksi dapat lebih serius dan memerlukan perawatan medis.

HMPV ini tidak mematikan. Ia sama seperti virus flu biasa. Namun, hingga kini belum tersedia vaksin untuk virus tersebut. Menurut Erlina Burhan, dari IDI sampai saat ini belum ada masyarakat ilmiah atau farmasi yang membuat obat antivirusnya. Meski belum ada antivirus atau vaksin, Erlina mengatakan ada obat yang mampu menangani HMPV bila seseorang telah mengalami gejala yang parah. Obat tersebut adalah ribavirin, yakni antivirus untuk mencegah kelainan infeksi saluran pernapasan.

Gejala dan Risiko Infeksi HMPV

Secara umum, penyakit menular (Communicable diseases) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman seperti virus, bakteri, amoeba atau jamur. Proses penularan wabah penyakit ini bisa terjadi karena beberapa faktor di antaranya: Pertama, kontak langsung. Wabah penyakit dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita ataupun kontak tidak langsung dengan benda-benda yang telah terkontaminasi. Kedua, inhalasi yaitu penularan penyakit melalui pernapasan atau udara.

Penyakit yang ditularkan melalui udara sering disebut air borne infection. Penyebaran penyakit ini dipengaruhi juga oleh ventilasi rumah yang kurang. Ketiga, penetrasi pada kulit. Ini dapat terjadi langsung oleh organisme seperti melalui gigitan vektor (malaria), melalui luka (tetanus), dan sebagainya. Keempat, infeksi melalui plasenta. Infeksi ini diperoleh melalui plasenta dari ibu yang menderita penyakit pada saat mengandung seperti toxoplasmosis.


Orang yang terpapar HMPV biasanya memiliki gejala yang mirip dengan orang yang terkena flu, seperti: Batuk kering atau berdahak, Pilek atau hidung tersumbat, Demam ringan hingga tinggi, Sakit tenggorokan, Sesak napas, Mudah lelah, dan Kehilangan nafsu makan. Pada kasus yang lebih serius, infeksi virus HMPV dapat menyebabkan pneumonia atau bronkiolitis. 


HMPV menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, seperti droplet dari batuk atau bersin, serta kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi, seperti gagang pintu atau mainan. Terdapat beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus ini, diantaranya adalah: Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir, Menghindari menyentuh daerah wajah, terutama mata, hidung, dan mulut, Menggunakan masker saat berada di tempat umum atau di sekitar orang sakit, Menutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku bagian dalam saat batuk atau bersin.

Memastikan rumah memiliki ventilasi udara yang baik, Menerapkan pola hidup sehat, termasuk makan makanan bergizi, olahraga teratur, dan istirahat cukup. Masa inkubasi virus HMPV berkisar antara 3–6 hari setelah paparan, sementara gejala HMPV biasanya berlangsung selama 2–5 hari, tetapi pada beberapa orang gejala tersebut dapat bertahan lebih lama. Jika gejala berlangsung lebih dari 10 hari atau muncul tanda-tanda seperti kesulitan bernapas, atau nyeri dada, segera konsultasikan dengan dokter.

Pencegahan HMPV

Hingga saat ini, belum tersedia obat antivirus atau vaksin spesifik untuk HMPV. Namun, gejala  HMPV dapat dikelola dengan beberapa langkah berikut: Menggunakan pelembab udara (humidifier) untuk membantu pernapasan, Minum air hangat atau teh untuk mengurangi iritasi tenggorokan, Istirahat yang cukup untuk memulihkan daya tahan tubuh, Meminum obat pereda nyeri seperti acetaminophen atau ibuprofen untuk membantu meredakan demam dan juga nyerim Menggunakan pengobatan simptomatik untuk mengurangi keluhan yang dialami, seperti menggunakan obat-obatan untuk meredakan hidung tersumbat atau batuk, Memantau gejala yang dialami secara intensif dan segera berkonsultasi dengan dokter jika gejala memburuk. 


Jurnal Kesehatan Health New Zealand, menyebutkan tiga cara mencegah penularan virus. Pertama, Lakukan imunisasi ini merupakan salah satu cara untuk mencegah penularan penyakit. Umumnya, imunisasi diberikan kepada bayi hingga orang dewasa guna melindungi diri dari penyakit serius yang dapat dicegah.  

Kedua, Jaga kebersihan tangan. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah penyebaran kuman dan virus. Cuci tangan sesering mungkin menggunakan sabun dan air selama 20 detik, lalu keringkan.   Ketiga, Tetap berada di rumah saat sakit. Ketika tubuh merasa tidak sehat, tetaplah di rumah untuk menghentikan penyebaran infeksi ke orang lain dan menjaga jarak dengan anggota keluarga di rumah.


Selain hal di atas terdapat pula strategi alternatif, seperti intervensi gizi, sangat penting untuk mengelola dan mengurangi dampak virus ini. Berikut ini adalah strategi gizi yang dapat diterapkan untuk menghadapi ancaman hMPV.
Pertama, Antioksidan pada Makanan. Quercetin dan Resveratrol adalah antioksidan yang menunjukkan potensi dalam mengurangi kerusakan oksidatif, pelepasan zat pemicu peradangan, dan replikasi virus pada sel epitel saluran napas yang terinfeksi hMPV.

Quercetin bisa didapatkan dari bawang bombay, teh hijau, kale, asparagus, paprika hijau, tomat, atau selada merah. Sedangkan resveratrol dapat ditemukan pada kacang tanah, pistachio, anggur berwarna merah, blueberry, kakao, hingga coklat hitam (dark chocolate). Kedua Asupan Mikronutrien. Seng dan selenium sangat penting dalam menunjang fungsi kekebalan tubuh dan telah menunjukkan efek menguntungkan pada infeksi saluran pernapasan akibat virus. Pada anak-anak dengan hMPV memiliki kadar seng lebih rendah sehingga dukungan suplementasi dapat membantu dalam mengelola infeksi. Perbanyak konsumsi makanan sumber seng dan selenium dari bahan makanan seperti seafood, daging merah, daging unggas, kacang-kacangan maupun biji-bijian.

Vitamin-vitamin ini sangat penting untuk menjaga homeostasis imunitas tubuh. Anak-anak dengan hMPV menunjukkan profil vitamin A dan E yang berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang mengalami infeksi pernapasan lainnya.  Makanan tinggi vitamin A dapat diperoleh dari hati sapi, ubi kuning, bayam, labu kuning, dan wortel. Sedangkan makanan sumber vitamin E banyak ditemukan pada biji dan kacang-kacangan seperti biji bunga matahari, almond, hingga kacang tanah. 

Ketiga, Pangan Fungsional. Pangan fungsional seperti probiotik dapat meningkatkan kekebalan usus dan paru-paru, yang berpotensi mengurangi keparahan dan durasi infeksi pernapasan. Konsumsi probiotik dalam makanan dapat membantu mengelola hMPV dengan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Probiotik dapat didapatkan dari suplemen maupun makanan seperti tempe, yoghurt, hingga kimchi. Makanan yang kaya akan senyawa bioaktif, seperti madu dan buah beri, juga bersifat antivirus dan dapat mendukung sistem kekebalan tubuh. 

Pentingnya Kesadaran

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HMPV adalah kunci untuk mengurangi penyebarannya. Institusi kesehatan perlu memperkuat pengawasan terhadap infeksi pernapasan dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang langkah-langkah perlindungan. Dengan kolaborasi yang baik antara tenaga kesehatan dan masyarakat, dampak HMPV dapat diminimalkan. Tetap jaga kesehatan dan waspadai gejala yang muncul untuk melindungi diri dan keluarga.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

10,540FansSuka
1,787PengikutMengikuti
1,871PelangganBerlangganan

Latest Articles